BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Perpustakaan adalah suatu institusi yang menyedikan
koleksi informasi dan menyebarkan informasi tersebut kepada penggunan.
Sebagaimana di jelaskan dalamUndang-Undang Perpustakaan No.
43 tahun 2007 bahwa perpustakaan adalah: “ institusi pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi
para pemustaka”. Sedangkan menurut
Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan adalah: sebuah ruangan, bagian sebuah
gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk
digunakan pembaca, bukan untuk dijual.
Perpustakaan
merupakan salah satu pusat informasi yang menyediakan berbagai jenis literatur
informasi. Dalam menyediakan informasi perpustakaan mempunyai tugas pokok,
yaitu pengumpulan, pengolahan, penyebaran, dan pelestarian informasi.Dengan tugas pokok tersebut maka
perpustakaan akan dapat memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
Perkembangan teknologi
informasi yang sangat pesat pada saat ini, menuntut pustakawan untuk semakin
kreatif dalam mengembangkan perpustakaan. Tujuannya adalah supaya perpustakaan
tetap diminati oleh masyarakat. Pengembangan perpustakaan dimulai dari
infrastruktur, koleksi, dan teknologi informasi. Ketiga aspek tersebut harus
dipenuhi sehingga perpustakaan sebagai pusat informasi tetap digunakan oleh
masyarakat.
Sumber daya manusia merupakan unsur
utama dalam sebuah perpustakaan, maka dari itu sumber daya manusia perlu dikelola dengan baik.
Perpustakaan akan dapat berjalan dan berfungsi sebagaimana mestinya jika sumber
daya manusia memfungsikan sumber daya yang lainnya. Menurut Gomes (2003: 26),
sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal,
perasaan, keinginan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan
karya. Semua potensi sumber daya manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap upaya
suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dari pendapat tersebut terlihat
bahwa sumberdaya manusia merupakan sumber daya yang paling dominan bila
dibandingkan dengan sumber daya yang lainnya, seperti koleksi, sarana dan
prasarana, layanan dan sumber daya finansial.
Sumber daya manusia (SDM) bukan sebagai alat
produksi semata, namun merupakan asset perusahaan, organisasi atau lembaga yang
perlu dipelihara dan dikembangkan. SDM (human resources) yang disebut
juga dengan modal intelektual (intellectual capital) sangat memegang
peranan penting dalam pengembangan suatu organisasi. Optimalisasi fungsi dan
peranan SDM mutlak dilakukan melalui pengembangan pengetahuan (knowledge),
kemampuan (ability), dan keterampilan (skill). Esensi dasar
pengembangan SDM (human resource development) harus menyentuh kebutuhan
dasar manusia. Teori tentang tingkat kebutuhan (hierarchy of needs) oleh
Maslow meliputi kebutuhan faali, keamanan, sosial, harga diri, dan kebutuhan
realisasi diri.
Sejalan dengan hal tersebut, maka pengembangan
sumber daya manusia di perpustakaan sangat perlu dilakukan. SDM perpustakaan
khususnya di perguruan tinggi merupakan salah satu komponen utama perguruan
tinggi yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam
pengembangan perpustakaan sehingga nantinya dapat membantu pencapaian sasaran
perguruan tinggi itu sendiri. Di masa mendatang, SDM perguruan tinggi
diharapkan ikut memberikan andil untuk mewujudkan perguruan tinggi bertaraf
internasional (world class university.
1.2.Rumusan dan Tujuan Masalah
Makalah ini bermaksud memberikan gambaran
mengenai pentingnya pengembangan sumber daya manusia perpustakaan perguruan
tinggi. Disamping itu, dengan makalah ini diharapkan para SDM perpustakaan di
Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kepustakawan dan
Profesi
Apakah kepustakawanan itu merupakan profesi?
Beberapa kenyataan yang berhubungan dengan kepustakawanan sebagai suatu profesi
adalah adanya pengetahuan (ilmu) perpustakaan, spesialisasi ilmu, pendidikan
perpustakaan, kode etik pustakawan, persepsi masyarakat terhadap profesi
pustakawan, dan organisasi pustakawan. Melihat kenyataan tersebut di atas dapat
dikatakan bahwa kepustakawanan merupakan suatu profesi. Walaupun demikian, pro
dan kontra mengenai profesi kepustakawanan sudah berlangsung lama.
Profesi
kepustakawanan sudah mulai timbul pada akhir abad ke 19. Dalam perkembangannya,
profesi ini banyak mendapat tantangan. Banyak pendapat yang meragukan
kepustakawanan sebagai profesi. Walaupun demikian, dengan adanya ledakan
informasi (information explosion) pada pertengahan abad ke 20,
profesi kepustakawanan mulai berkembang pesat. Pustakawan tidak hanya merupakan
penjaga buku saja, namun sudah menjadi ahli informasi (information
specialist).
Di
Indonesia, perkembangan profesi kepustakawanan sudah mendapat dukungan dari
Pemerintah. Pengakuan tersebut ditunjukkan dengan pengangkatan pustakawan
menjadi pegawai fungsional, bukan administrasi. Walaupun demikian, citra
pustakawan Indonesia di masyarakat masih rendah. Masyarakat belum begitu
mengenal dan mengerti dengan profesi ini. Konsekuensinya, masyarakat belum
banyak memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh pustakawan. Mereka lebih mengenal
dan memanfaatkan jasa profesi lain seperti, dokter, pengacara, konsultan, dan
sebagainya. Kondisi seperti ini dapat melemahkan eksistensi profesi
kepustakawanan.
2.2.
Sumber Daya Manusia di Perpustakaan Balai
Diklat Kehutanan Pekanbaru
Sumber daya manusia
perpustakaan terdiri dari pustakawan (ahli dan terampil), staf administrasi dan
tenaga TI atau staf lain yang berminat di bidang perpustakaan. Di dalam
pengembangan pustakawan ke depan diharapkan dapat menjadikan pustakawan itu
tidak hanya sebagai pustakawan biasa saja namun mempunyai fungsi sebagai information
mediator, information expert, dan information manager (Klugkest,
2001: 9-11). Sebagai information mediator, pustakawan diharapkan sebagai
penghubung antara peminta informasi (user) dengan sumber-sumber informasi,
serta membantu pengguna dalam temu kembali informasi. Sebagai information
expert, pustakawan diharapkan mampu berinteraksi dengan teknisi informasi
seperti programmer dan web designer di dalam
pengembanganinformasi. Dia juga harus mengenal semua aspek-aspek informasi.
Akhirnya, sebagai information manager, pustakawan harus mengenal
berbagai macam pengelolaan bisnis yang berhubungan dengan perpustakaan
Isu-isu dalam pembinaan
SDM perpustakaan yaitu:
1) Perlunya pendidikan bagi
teknisi perpustakaan (fungsional keterampilan/asisten pustakawan), dan tenaga
profesional perpustakaan (fungsional keahlian/pustakawan),
2) Pengembangan prefesi
kepustakawanan deugan menghadiri seminar, diskusi ilmiah, lokakarya, membuat
karya tulis, dan sejenisnya,
3) Penguasaan teknologi
informasi,
4) Pergeseran nilai dan
etos kerja yang disebabkan perubahan pola pikir
5) Menyadarkan pustakawan
akan pentingnya peranan dan fungsi di era informasi untuk mewujudkan
tercapainya masyarakat informasi,
6) Peralihan pengelolaan
perpustakaan konvensional ke perpustakaan elektronik
Dari uraian
di atas dapat dikatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia perpustakaan
sangat perlu dilakukan dengan melakukan pola pembinaan SDM yang berkelanjutan
mengenai pengetahuan dan keterampilan di bidang perpustakaan dan teknologi
informasi.
Sesungguhnya
dunia perpustakaan sangat erat dengan bidang lain seperti informasi dan
komputer, sehingga seringkali kita mendengar kedua istilah itu digabung menjadi
perpustakaan dan informasi. Untuk itu, maka para pustakawan sudah saatnya untuk
mengetahui bidang-bidang lain tersebut selain bidang perpustakaan. Dengan
melakukan hal itu diharapkan keprofesionalisme pustakawan menjadi lebih
meningkat.
Perpustakaan
Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru memiliki 1
orang staf pengelola perpustakaan
yang berpendidikan D
III Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsiapan, Universitas Negeri Padang
(UNP). Pada tahun 2013 Perpustakaan
Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru masih memiliki 2 orang
pengelola perpustakaan yang berpendikan D III Ilmu Perpustakaan dan SMA, tetapi
kurangnya pengetahuan dan pengalaman di bidang perpustakaan, pengelola
perpustakaan yang berpendidikan SMA dipindahkan ke bagian yang lain.
Nama-nama pengelola perpustakaan
tersebut adalah:
DAFTAR NAMA-NAMA PENGELOLA PERPUSTAKAAN SERTA JENJANG JABATANNYA DI PERPUSTAKAAN BALAI DIKLAT KEHUTANAN PEKANBARU TAHUN
2016
NO
|
Nama
|
Jabatan
|
Pendidikan Terakhir
|
1
|
Rocki Fitra Yaldi, A,Md
|
Pengelola Administrasi Perpustakaan
|
D II Ilmu Informasi
Perpustakaan
|
2
|
Sapriyadi
|
Pengelola
Bagian Teknis
|
SMA
|
2.3. Pendidikan dan Pelatihan
Untuk mencapai
kompetensi dan tingkat profesionalisme yang tinggi dapat diperoleh melalui
pendidikan dan pelatihan. Pendidikan merupakan kegiatan yang terprogram untuk
meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan keahlian seseorang yang berkaitan
dengan tugasnya. Sedangkan pelatihan lebih menekankan pada penguasaan hal-hal
yang bersifat praktis/terapan. (Lasa Hs: 2005).
Pada dasarnya pelatihan dan pendidikan
dimaksudkan untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi kerja dalam
melaksanakan dan mencapai sasaran program-program kerja yang telah ditetapkan.
Kesempatan yang diberikan pada petugas perpustakaan dalam
pendidikan dan pelatihan dapat berupa:
- Studi lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
S1/S2 bidang perpustakaan,
- Pelatihan pengelolaan perpustakaan,
- Mengikuti seminar yang berhubungan dengan
perpustakaan,
- Pengembangan diri, misalnya pelatihan bahas Inggris,
Kepemimpinan, dan pelatihan komunikasi,
- Melakukan studi banding ke perpustakaan yang lebih
maju,
- Menjadi narasumber, pada berbagai kegiatan
yang diselenggarakan oleh perpustakaan,
Sedangkan kesempatan yang diberikan
berkaitan dengan Perkembangan teknologi informasi, antara lain:
- Pelatihan komputer,
- Mengikuti seminar/lokakarya/pelatihan yang
berkaitan dengan jaringan kompute, hardware, software maupun brainware,
- Setiap petugas diharapkan mampu memanfaatkan
komputer pada bidang tugasnya dan dapat menggunakan internet sebagai media
komunikasi antar perpustakaan sehingga dapat sharing tentang
perkembangan perpustakaan, baik dalam hal pengembangan koleksi, pengolahan bahan pustaka maupun dalam
melayani pengguna perpustakaan.
Pengelolaan perpustakaan di Perpustakaan Balai Diklat
Kehutanan Pekanbaru kurang maksimal dan efektif jika hanya dikelola satu orang
staf saja. Padahal menurut standarnya SNI Pengelolaan Perpustakaan Khusus
dikelola oleh tiga orang yang terdiri dari Kepala Perpustakaan, Layanan
Sirkulasi dan Layanan Teknis.
Manajemen Perpustakaan
perlu diterapkan lebih baik lagi agar SDM yang mengelola perpustakaan di
Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru agar dapat bekerja dengan baik.
Pimpinan harus melihat ini sebagai hal yang serius, bukan hanya sebagai sarana
pendukung istitusi saja.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat kita simpulkan bahwa Perpustakaan
Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru memiliki 1
orang staf pengelola perpustakaan
yang berpendidikan D
III Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsiapan, Universitas Negeri Padang
(UNP). Pada tahun 2013 Perpustakaan
Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru masih memiliki 2 orang
pengelola perpustakaan yang berpendikan D III Ilmu Perpustakaan dan SMA, tetapi
kurangnya pengetahuan dan pengalaman di bidang perpustakaan, pengelola
perpustakaan yang berpendidikan SMA dipindahkan ke bagian yang lain
Pengelolaan
perpustakaan di Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru kurang maksimal
dan efektif jika hanya dikelola satu orang staf saja. Padahal menurut
standarnya SNI Pengelolaan Perpustakaan Khusus dikelola oleh tiga orang yang
terdiri dari Kepala Perpustakaan, Layanan Sirkulasi dan Layanan Teknis
B. Saran
Diharapkan ke depan Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan
Pekanbaru dapat menambah staf pengelola perpustakaannya dan mengikut sertakan
dalam pelatihan dan seminar perpustakaan, agar dapat mengetahui pengelolaan
perpustakaan dengan baik. Sehingaa SDM Perpustakaan dapat bekerja dengan baik. Untuk kesempuranaan makalah ini kami mohon kritikan dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Agar ke depannnya makalah
ini dapat lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Hardijanto. Pengembangan
Modal Intelektual (Peran Strategik Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia).
Makalah pada Kongres dan Seminar Ilmiah Nasional IPI ke * Bandung, 1998
Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional RI. Perpustakaan
Perguruan Tinggi: buku pedoman. Jakarta: Depdiknas, 2004.
Lasa Hs. Manajemen
perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media, 2005
Martoyo, Susilo. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE, 1996.
Purnomo. Manajemen
Sumber Daya Manusia Perpustakaan Elektronik. Makalah pada Pelatihan
Perpustakaan Elektronik di Universitas Gadjah Mada. Jogyakarta, 1999
Saydam, Gonzali. Manajemen
Sumber Daya Manusia Jakarta; Gunung Agung, 1996
Standard kompetensi TI bagi pustakawan. Jurnal
Pustakawan Indonesia, Vol.
4, (1)
Agusus 2004: 32-33.
Wikipedia (http://suhartika.blogspot.com
Wirawan.
Profesi Kepustakawanan: suatu analisa.
Makalah pada Seminar Ikatan Pustakawanan Indonesia. Mataram, 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar