Kamis, 26 Mei 2016

Manajemen Perpustakaan Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pekanbaru

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
                 Perpustakaan adalah suatu institusi yang menyedikan koleksi informasi dan menyebarkan informasi tersebut kepada penggunan. Sebagaimana di jelaskan dalamUndang-Undang Perpustakaan No. 43 tahun 2007 bahwa perpustakaan adalah: institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan adalah: sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.
            Perpustakaan merupakan salah satu pusat informasi yang menyediakan berbagai jenis literatur informasi. Dalam menyediakan informasi perpustakaan mempunyai tugas pokok, yaitu pengumpulan, pengolahan, penyebaran, dan pelestarian informasi.Dengan tugas pokok tersebut maka perpustakaan akan dapat memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
            Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini, menuntut pustakawan untuk semakin kreatif dalam mengembangkan perpustakaan. Tujuannya adalah supaya perpustakaan tetap diminati oleh masyarakat. Pengembangan perpustakaan dimulai dari infrastruktur, koleksi, dan teknologi informasi. Ketiga aspek tersebut harus dipenuhi sehingga perpustakaan sebagai pusat informasi tetap digunakan oleh masyarakat.
Sumber daya manusia merupakan unsur utama dalam sebuah perpustakaan, maka dari itu sumber daya manusia perlu dikelola dengan baik. Perpustakaan akan dapat berjalan dan berfungsi sebagaimana mestinya jika sumber daya manusia memfungsikan sumber daya yang lainnya. Menurut Gomes (2003: 26), sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya. Semua potensi sumber daya manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap upaya suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dari pendapat tersebut terlihat bahwa sumberdaya manusia merupakan sumber daya yang paling dominan bila dibandingkan dengan sumber daya yang lainnya, seperti koleksi, sarana dan prasarana, layanan dan sumber daya finansial.
Sumber daya manusia (SDM) bukan sebagai alat produksi semata, namun merupakan asset perusahaan, organisasi atau lembaga yang perlu dipelihara dan dikembangkan. SDM (human resources) yang disebut juga dengan modal intelektual (intellectual capital) sangat memegang peranan penting dalam pengembangan suatu organisasi. Optimalisasi fungsi dan peranan SDM mutlak dilakukan melalui pengembangan pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill). Esensi dasar pengembangan SDM (human resource development) harus menyentuh kebutuhan dasar manusia. Teori tentang tingkat kebutuhan (hierarchy of needs) oleh Maslow meliputi kebutuhan faali, keamanan, sosial, harga diri, dan kebutuhan realisasi diri.
Sejalan dengan hal tersebut, maka pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan sangat perlu dilakukan. SDM perpustakaan khususnya di perguruan tinggi merupakan salah satu komponen utama perguruan tinggi yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan perpustakaan sehingga nantinya dapat membantu pencapaian sasaran perguruan tinggi itu sendiri. Di masa mendatang, SDM perguruan tinggi diharapkan ikut memberikan andil untuk mewujudkan perguruan tinggi bertaraf internasional (world class university.
1.2.Rumusan dan Tujuan Masalah
Makalah ini bermaksud memberikan gambaran mengenai pentingnya pengembangan sumber daya manusia perpustakaan perguruan tinggi. Disamping itu, dengan makalah ini diharapkan para SDM perpustakaan di Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kepustakawan dan Profesi
Apakah kepustakawanan itu merupakan profesi? Beberapa kenyataan yang berhubungan dengan kepustakawanan sebagai suatu profesi adalah adanya pengetahuan (ilmu) perpustakaan, spesialisasi ilmu, pendidikan perpustakaan, kode etik pustakawan, persepsi masyarakat terhadap profesi pustakawan, dan organisasi pustakawan. Melihat kenyataan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kepustakawanan merupakan suatu profesi. Walaupun demikian, pro dan kontra mengenai profesi kepustakawanan sudah berlangsung lama.
Profesi kepustakawanan sudah mulai timbul pada akhir abad ke 19. Dalam perkembangannya, profesi ini banyak mendapat tantangan. Banyak pendapat yang meragukan kepustakawanan sebagai profesi. Walaupun demikian, dengan adanya ledakan informasi (information explosion) pada pertengahan abad ke 20, profesi kepustakawanan mulai berkembang pesat. Pustakawan tidak hanya merupakan penjaga buku saja, namun sudah menjadi ahli informasi (information specialist).
Di Indonesia, perkembangan profesi kepustakawanan sudah mendapat dukungan dari Pemerintah. Pengakuan tersebut ditunjukkan dengan pengangkatan pustakawan menjadi pegawai fungsional, bukan administrasi. Walaupun demikian, citra pustakawan Indonesia di masyarakat masih rendah. Masyarakat belum begitu mengenal dan mengerti dengan profesi ini. Konsekuensinya, masyarakat belum banyak memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh pustakawan. Mereka lebih mengenal dan memanfaatkan jasa profesi lain seperti, dokter, pengacara, konsultan, dan sebagainya. Kondisi seperti ini dapat melemahkan eksistensi profesi kepustakawanan.
2.2. Sumber Daya Manusia  di Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru
Sumber daya manusia perpustakaan terdiri dari pustakawan (ahli dan terampil), staf administrasi dan tenaga TI atau staf lain yang berminat di bidang perpustakaan. Di dalam pengembangan pustakawan ke depan diharapkan dapat menjadikan pustakawan itu tidak hanya sebagai pustakawan biasa saja namun mempunyai fungsi sebagai information mediator, information expert, dan information manager (Klugkest, 2001: 9-11). Sebagai information mediator, pustakawan diharapkan sebagai penghubung antara peminta informasi (user) dengan sumber-sumber informasi, serta membantu pengguna dalam temu kembali informasi. Sebagai information expert, pustakawan diharapkan mampu berinteraksi dengan teknisi informasi seperti programmer dan web designer di dalam pengembanganinformasi. Dia juga harus mengenal semua aspek-aspek informasi. Akhirnya, sebagai information manager, pustakawan harus mengenal berbagai macam pengelolaan bisnis yang berhubungan dengan perpustakaan
Isu-isu dalam pembinaan SDM perpustakaan yaitu:
1)      Perlunya pendidikan bagi teknisi perpustakaan (fungsional keterampilan/asisten pustakawan), dan tenaga profesional perpustakaan (fungsional keahlian/pustakawan),
2)      Pengembangan prefesi kepustakawanan deugan menghadiri seminar, diskusi ilmiah, lokakarya, membuat karya tulis, dan sejenisnya,
3)      Penguasaan teknologi informasi,
4)      Pergeseran nilai dan etos kerja yang disebabkan perubahan pola pikir
5)      Menyadarkan pustakawan akan pentingnya peranan dan fungsi di era informasi untuk mewujudkan tercapainya masyarakat informasi,
6)      Peralihan pengelolaan perpustakaan konvensional ke perpustakaan elektronik
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia perpustakaan sangat perlu dilakukan dengan melakukan pola pembinaan SDM yang berkelanjutan mengenai pengetahuan dan keterampilan di bidang perpustakaan dan teknologi informasi.
Sesungguhnya dunia perpustakaan sangat erat dengan bidang lain seperti informasi dan komputer, sehingga seringkali kita mendengar kedua istilah itu digabung menjadi perpustakaan dan informasi. Untuk itu, maka para pustakawan sudah saatnya untuk mengetahui bidang-bidang lain tersebut selain bidang perpustakaan. Dengan melakukan hal itu diharapkan keprofesionalisme pustakawan menjadi lebih meningkat.
Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru  memiliki 1 orang staf pengelola perpustakaan yang berpendidikan  D III Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsiapan, Universitas Negeri Padang (UNP). Pada tahun 2013  Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru masih memiliki 2 orang pengelola perpustakaan yang berpendikan D III Ilmu Perpustakaan dan SMA, tetapi kurangnya pengetahuan dan pengalaman di bidang perpustakaan, pengelola perpustakaan yang berpendidikan SMA dipindahkan ke bagian yang lain. Nama-nama  pengelola perpustakaan tersebut adalah:
DAFTAR NAMA-NAMA PENGELOLA PERPUSTAKAAN SERTA JENJANG JABATANNYA DI PERPUSTAKAAN BALAI DIKLAT KEHUTANAN PEKANBARU TAHUN  2016

NO
Nama
Jabatan
Pendidikan Terakhir
1
Rocki Fitra Yaldi, A,Md
Pengelola Administrasi Perpustakaan
D II Ilmu Informasi Perpustakaan
2
Sapriyadi
Pengelola Bagian Teknis
SMA

     2.3. Pendidikan dan Pelatihan
Untuk mencapai kompetensi dan tingkat profesionalisme yang tinggi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan merupakan kegiatan yang terprogram untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan keahlian seseorang yang berkaitan dengan tugasnya. Sedangkan pelatihan lebih menekankan pada penguasaan hal-hal yang bersifat praktis/terapan. (Lasa Hs: 2005).
Pada dasarnya pelatihan dan pendidikan dimaksudkan untuk memperbaiki  efektivitas dan efisiensi kerja dalam melaksanakan dan mencapai sasaran program-program kerja yang telah ditetapkan.
Kesempatan yang diberikan pada petugas perpustakaan dalam pendidikan dan pelatihan dapat berupa:
  • Studi lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, S1/S2 bidang perpustakaan,
  • Pelatihan pengelolaan perpustakaan,
  • Mengikuti seminar yang berhubungan dengan perpustakaan,
  • Pengembangan diri, misalnya pelatihan bahas Inggris, Kepemimpinan, dan pelatihan komunikasi,
  • Melakukan studi banding ke perpustakaan yang lebih maju,
  • Menjadi narasumber,  pada berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh perpustakaan,

Sedangkan kesempatan yang diberikan berkaitan dengan Perkembangan teknologi informasi, antara lain:
  • Pelatihan komputer,
  • Mengikuti seminar/lokakarya/pelatihan  yang berkaitan dengan jaringan kompute, hardware, software maupun brainware,
  • Setiap petugas diharapkan mampu memanfaatkan komputer pada bidang tugasnya dan dapat menggunakan internet sebagai media komunikasi antar perpustakaan sehingga dapat sharing tentang perkembangan perpustakaan, baik dalam hal pengembangan koleksi, pengolahan bahan pustaka maupun dalam melayani pengguna perpustakaan.
Pengelolaan perpustakaan di Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru kurang maksimal dan efektif jika hanya dikelola satu orang staf saja. Padahal menurut standarnya SNI Pengelolaan Perpustakaan Khusus dikelola oleh tiga orang yang terdiri dari Kepala Perpustakaan, Layanan Sirkulasi dan Layanan Teknis.
            Manajemen Perpustakaan perlu diterapkan lebih baik lagi agar SDM yang mengelola perpustakaan di Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru agar dapat bekerja dengan baik. Pimpinan harus melihat ini sebagai hal yang serius, bukan hanya sebagai sarana pendukung istitusi saja.






BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat kita simpulkan bahwa Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru  memiliki 1 orang staf pengelola perpustakaan yang berpendidikan  D III Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsiapan, Universitas Negeri Padang (UNP). Pada tahun 2013  Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru masih memiliki 2 orang pengelola perpustakaan yang berpendikan D III Ilmu Perpustakaan dan SMA, tetapi kurangnya pengetahuan dan pengalaman di bidang perpustakaan, pengelola perpustakaan yang berpendidikan SMA dipindahkan ke bagian yang lain
Pengelolaan perpustakaan di Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru kurang maksimal dan efektif jika hanya dikelola satu orang staf saja. Padahal menurut standarnya SNI Pengelolaan Perpustakaan Khusus dikelola oleh tiga orang yang terdiri dari Kepala Perpustakaan, Layanan Sirkulasi dan Layanan Teknis
B. Saran
            Diharapkan ke depan Perpustakaan Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru dapat menambah staf pengelola perpustakaannya dan mengikut sertakan dalam pelatihan dan seminar perpustakaan, agar dapat mengetahui pengelolaan perpustakaan dengan baik. Sehingaa SDM Perpustakaan dapat bekerja dengan baik. Untuk kesempuranaan makalah ini kami mohon kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Agar ke depannnya makalah ini dapat lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Hardijanto. Pengembangan Modal Intelektual (Peran Strategik Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia). Makalah pada Kongres dan Seminar Ilmiah Nasional IPI ke * Bandung, 1998
Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional RI.  Perpustakaan Perguruan Tinggi: buku pedoman. Jakarta: Depdiknas, 2004.
Lasa Hs. Manajemen perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media, 2005
 Martoyo, Susilo. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE, 1996.
Purnomo. Manajemen Sumber Daya Manusia Perpustakaan Elektronik. Makalah pada Pelatihan Perpustakaan Elektronik di Universitas Gadjah Mada. Jogyakarta, 1999
Saydam, Gonzali. Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta; Gunung Agung, 1996
Standard kompetensi TI bagi pustakawan. Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol.             4, (1) Agusus 2004: 32-33.
Wirawan. Profesi Kepustakawanan: suatu analisa. Makalah pada Seminar Ikatan Pustakawanan Indonesia. Mataram, 1993





Tidak ada komentar:

Posting Komentar