Grafik Pengunjung Perpustakaan BDLHK Pekanbaru Tahun 2015
Kamis, 26 Mei 2016
Pendidikan Pemakai Perpustakaan di BPA Kota Pekanbaru
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perpustakaan merupakan unit yang
mempunyai peran strategis dalam mendukung kegiatan pendidikan, perpustakaan
juga sebagai salah satu unit penunjang kegiatan pembelajaran. Perpustakaan
merupakan pusat dan sumber belajar serta sarana pembelajaran yang mempunyai
tugas pokok dalam penyediaan, pengelolaan, dan pelayanan informasi bagi
pengguna di lingkungan perpustakaan. Mengingat perannya yang sangat penting
maka perpustakaan di kelola dengan ilmu perpustakaan dan sistem pengelompokan
yang multi teknis, sehingga informasi yang ada di perpustakaan dapat
terorganisir dengan baik. Walau informasi yang terkandung sangat beraneka
ragam namun semua itu bisa di telusuri dengan alat-alat penelusuran sehingga
akan memudahkan pengelola dan pengguna perpustakaan
Tetapi
kebanyakan pemakai perpustakaan tidak mempunyai skill atau ketrampilan dalam
menggunakan alat – alat penelusur yang telah di sediakan oleh perpustakaan.
Sehingga pemakai kesulitan dalam melakukan pencarian informasi yang mereka
butuhkan. Untuk itu para pustakawan / pengelola perpustakaan membentuk jasa
layanan pemandu perpustakaan dengan mengadakan pendidikan pemakai / user’s
education. Dengan adanya pendidikan pemakai ini diharapkan agar para pengguna
perpustakaan dapat mengetahui lebih dalam tentang perpustakaan. Di dalam
pendidikan pemakai ini juga akan membantu para pemakai untuk menggunakan
alat–alat penelusur informasi sehingga akan mempermudah dalam menemukan bahan
pustaka atau informasi yang di perlukan.
Apabila
pemakai perpustakaan dapat memahami dan menguasai alat–alat penelusuran
informasi maka perpustakaan akan dapat di manfaatkan secara maksimal. Terutama
pendidikan pemakai di Perpustakaan Kota Pekanbaru. Sehingga masyarakat akan
lebih berpendidikan, berilmu, dan mampu bersaing dengan perpustakaan di negara
maju.
B. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Pemakai
Perpustakaan
berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, pustaka
artinya kitab, buku (Depdikbud:1980). Namun dalam bahasa Inggris dikenal
dengan library. Istilah ini berasal dari kata librer atau libri, yang
artinya buku. Dari kata latin tersebut terbentuklah istilah libraries,
tentang buku. Maka dari itu seorang akhli mendevinisikan bahwa,
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, ataupun gedung itu sendiri yang
digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang disimpan menurut tata
susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki:
1991,3).
Dalam Kamus
Bahasa Indonesia, 1991:232, menjelaskan bahwa Pendidikan berasal dari
kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga
menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pemustaka
menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 adalah
“pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau
lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan”. Ada berbagai jenis
pemustaka seperti mahasiswa, guru, dosen dan masyarakat bergantung pada jenis
perpustakaan yang ada.
Dari
pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan pemakai adalah salah
satu kegiatan jasa pemanduan dari perpustakaan yang memberikan suatu ilmu
ketrampilan dan tata cara untuk menggunakan perpustakaan sehingga pemakai dapat
lebih mengoptimalkan penggunaan jasa perpustakaan dengan cepat dan tepat.
Perpustakaan
mengadakan pendidikan pemakai ini tentunya mempunyai suatu tujuan.
Sebagai penyedia jasa tentunya tujuan tersebut mengarah kepada keuntungan
bagi pengguna jasa itu sendiri. Adapun tujuan dari pendidikan pemakai, antara
lain agar pemakai dapat mengenal dan mengetahui fasilitas-fasilitas fisik
gedung perpustakaan, seperti tempat penyimpanan tas, ruang baca, mushola,
lift, toilet dan loker pustaka.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Pemakai di Badan Perpustakaan dan
Arsip Kota Pekanbaru
Pendidikan
pemakai yang dilakukan di BPA Kota Pekanbaru adalah menggunakan metode berupa
ceramah, brosur/pamflet dan wisata perpustakaan, karena pengunjung perpustakaan
kebanyakan adalah murid-murid SD dan TK. Pengunjung umum dan mahasiwa menurut
pengamatan penulis sangat jarang mengingat posisi perpustakaan yang agak ke
dalam dan kurang strategis.
B. Metode Pendidikan Pemakai
Berikut
ini ada beberapa metode penyampaian pendidikan pemakai di BPA Kota Pekanbaru,
yaitu:
1)
Penjelasan singkat dari pustakawan
Pengenalan
perpustakaan secara singkat diberikan di layanan sirkulasi. Dilanjutkan dengan
wisata perpustakaan agar peserta lebih memahami dan akrab dengan dunia
perpustakaan.Biasanya untuk pengunjung umum, tapi BPA Perpustakaan Kota
Pekanbaru belum mempunyai petugas tersendiri, sehingga pendidikan pemakai untuk
umum
2) Wisata
Perpustakaan
Wisata
perpustakaan, merupakan teknik pendidikan pemakai dengan cara memandu peserta
berkunjung ke perpustakaan dan melihat – lihat langsung ruangan koleksi
dari masing – masing jenis layanan. Dalam metode kali ini akan memberikan
manfaat, dapat menciptakan susana
bershabat, sehingga peserta secara terbuka mengajukan
pertanyaan secara langsung dilapangan. Penggunanaan sarana perpustakaan,
akan membantu memperjelas peserta dengan praktek langsung, penelusuran
menggunakan katalog elektronik / OPAC dan menemukan koleksi hasil pencarian. Peserta
akan berperan aktif menggunakan fasilitas yang telah di sediakan. Waktu yang
dibutuhkan relatif tidak terlalu lama, sekitar 45 menit. Buku panduan akan
lebih bermanfaat selama wisata. Pengamatan kami diberikan kepada
murid-murid SD dan TK yang didampingi oleh para guru, sudah berjalan dengan
baik dan lancar yang diberikan oleh pustakawan.
3)
Penggunaan Pamplet/Brosur (promosi perpustakaan)
Teknik
ini biasanya menuntut pemakai untuk mempelajari sendiri mengenal perpustakaan
melalui berbagai keterangan yang ada pada pamflet (buku panduan), dan biasanya
diterapkan ketika peserta melaksanakan wisata perpustakaan atau kunjungan
perpustakaan. Informasi pada pamplet dan brosur dapat disebarkan tidak hanya
dalam bentuk tercetak, juga di situs web.pamplet juga bisa di sebar ke
kantor – kantor, sekolah, atau toko buku jika jenis perpustakaannya adalah
perpustakaan umum. Brosur diberikan secara gratis oleh BPA Kota Pekanbaru
kepada pengunjung yang ingin melihat fasilitas apa saja yang ada di
perpustakaan.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan
melihat pengamatan yang ada di pendidikan pemakai di BPA Kota Pekanbaru maka
pendidikan pemakai ini sangatlah penting untuk di laksanakan pada setiap
perpustakaan. Namun mungkin penyampaiannya menggunakan cara dan landasan teori
yang berbeda, namun tujuan dan fungsinya akan sama. Karena dalam melakukan
pendidikan pemakai juga harus melihat kondisi lingkunan dan jenis perpustakaanya.
Begitu juga perbedaaan keperluan dari pemakai yang berbeda dan tingkat
pendidikan juga berbeda. Perpustakaan sebagai tempat informasi dan penyebaran
informasi maka pendidikan pemakai juga merupakan upaya dari pengoptimalan
pendayaguanaan dari perpustakaan.
B. Saran
Sebaiknya perpustakaan BPA Kota
Pekanbaru melakukan terobosan pendidikan pemakai memakai metode yang lebih
update seperti penggunaan video atau media digital agar lebih menarik bagi
pemustaka. Perlu kaderisasi kepada pustakawan dan pembinaan SDM pendidikan
pemakai bagi pustakawan agar bahasa dan prosedural pendidikan pemakai lebih
baik lagi di masa depan.
DAFTAR
PUSTAKA
bpa.pekanbaru.go.id
Depdikbud.1980.
Kamus Besar bahasa Indonesia .
Jakarta:Depdikbud
Sulistyo-Basuki.
1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan.
Jakarta: Universitas Terbuka Undang-
Undang
Nomor 43 Tahun 2007
Minat Baca Siswa SD
Oleh: Rocki Fitra Yaldi
Proses pembelajaran di sekolah harus dapat mengarahkan kepada
peserta didik untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada
di perpustakaan atau sumber belajar lainnya. Disinilah peran guru sebagai
pendidik dan pengajar memberikan motivasi melalui pembelajaran mata pelajaran
yang relevan memberi tugas kepada peserta didik sebagaimana contoh berikut
ini. Satu minggu lamanya siswa-siswa kelas VI SDN 01 Pekanbaru diberi waktu untuk
mengerjakan tugas membuat karya tulis berupa kegiatan di bulan Ramadhan oleh
guru mata pelajaran Agama Islam. Para guru sebelum memberikan tugas berupa
karya tulis harus menumbuhkan minat terhadap bacaan-bacaan yang dapat menjadi
referensi siswa-siswa SD dalam menulis. Selain itu guru-guru dapat menilai
sejauh mana kemampuan minat baca dalam meningkatkan kreativitas siswa-siswa SD
dalam menulis sebuah karya tulis maupun tulisan lainnya.
Di rumah orang tua memberikan contoh membaca untuk anak-anaknya.
Ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua agar orang tua dapat
menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagaimana diuraikan berikut ini. Hal yang
pertama dilakukan adalah sediakan waktu luang untuk membacakan buku untuk anak
anda setiap hari. Kelilingi anak-anak anda dengan berbagai buku bacaan ilmu
pengetahuan atau buku-buku cerita. Biasakan pergi ke perpustakaan, ajak anak
anda agar lebih banyak membaca dengan membawa mereka pergi ke perpustakaan
setiap beberapa minggu untuk mendapatkan buku bacaan yang baru.
Strategi
Penggunaan Internet Bagi Mahasiswa Di Perpustakaan FIB UNILAK
Oleh
: Rocki Fitra Yaldi
Universitas
Lancang Kuning
Pendahuluan
Internet
menawarkan alternatif baru dalam pemerolehan informasi dan sekaligus
penyebarluasan informasi. Jika sebelumnya, informasi berbasis cetak merupakan
primadona perpustakaan tradisional, sekarang tersedia format baru dalam bentuk
digital melalui Web. Koleksi bahan digital yang ditransmisikan secara
elektronik dan disebut perpustakaan digital, keberadaannya semakin penting
dalam pemenuhan kebutuhan informasi pengguna. Di lingkungan perguruan tinggi
(PT) di Indonesia, ketersediaan bahan jenis ini semakin dirasakan manfaatnya
oleh sivitas akademika yang sebelumnya kurang memiliki akses terhadap publikasi
mutakhir dalam bidang mereka. Disamping itu, proses transfer informasi di
kalangan sivitas akademika dalam tingkat tertentu berubah karena produser dan
pengguna sudah saling terkoneksi melalui Internet.
Perpustakaan
digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan perpustakaan
tradisional. Chapman dan Kenney [1] mengemukakan empat alasan yaitu:
institusi dapat berbagi koleksi digital, koleksi digital dapat mengurangi
kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal, penggunaannya akan
meningkatkan akses elektronik, dan nilai jangka panjang koleksi digital akan
mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaiannya.
Di
sisi lain, Internet sebagai media dimana bahan digital tersedia, standar dan
teknologinya akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Palmer
[2] menyebutkan ada empat hal yang akan terjadi yang membuat Internet semakin
dominan sebagai platform bisnis.
Pertama,
infrastruktur
Internet akan terus diperkuat dan ditingkatkan untuk menyediakan tulang
punggung yang berkapasitas tinggi dan aman.
Kedua,
Internet akan
menghubungkan dan mengintegrasikan sistem non-Internet seperti pertukaran
data elektronik dan pemrosesan transaksi.
Ketiga,
Internet akan
memungkinkan pengguna mengakses informasi dan pelayanan dari mana saja
pada waktu kapan saja menggunakan peralatan pilihan mereka.
Keempat,
dengan terjadinya ledakan informasi yang tersedia melalui Internet akan tersedia
berbagai pendekatan baru untuk menemukan dan mengindeks informasi.
Fenomena
di atas sesungguhnya telah dan akan terus berpengaruh pada profesi perpustakaan
terutama di lingkungan perpustakaan FIB UNILAK. Pengguna perpustakaan akan
semakin tergantung pada bahan digital dengan beberapa alasan seperti biaya,
ketersediaan, dan kecepatan pemerolehan. Bahkan pada tingkat tertentu,
kemungkinan ketergantungan pada bahan digital akan lebih tinggi dibandingkan
terhadap bahan cetak. Oleh karena itu, paradigma bahwa suatu perpustakaan hanya
menyediakan informasi cetak harus diubah ke paradigma perpustakaan juga
menyediakan informasi digital
1
terutama
yang tidak tersedia dalam bentuk cetak. Dengan demikian, pelayanan perpustakaan
saat ini menjadi hybrid yaitu mencakup kedua jenis sumberdaya tersebut.
Berkaitan
dengan perubahan dan perkembangan di atas, pustakawan di lingkungan perpustakan
FIB UNILAK sudah seharusnya menerimanya dan berusaha menemukan cara untuk
meresponsnya secara efektif dan innovatif dalam rangka memenuhi harapan
pengguna. Tantangan yang ditimbulkan oleh perkembangan Internet sudah
seharusnya pula ditanggapi secara proaktif oleh pustakawan. Bagaimana
pustakawan merespons, bagaimana peran mereka berubah, dan bagaimana mereka
menyiasati perkembangan tersebut merupakan fokus dari tulisan ini. Apa yang
akan diungkapkan sebagian besar didasarkan pada pengalaman penulis sebagai
pustakawan FIB UNILAK.
Penggunaan Internet
Pengunaan Internet di suatu
perpustakaan dapat dibedakan ke dalam dua jenis. Pertama, penyediaan akses
yaitu penyediaan sarana dan prasarana dimana pustakawan dan pengguna
perpustakaan dapat menggunakan Internet. Dalam hal ini, perpustakaan
menyediakan sejumlah komputer sebagai terminal yang terhubung ke Internet.
Penyediaan layanan akses ini bertujuan untuk memungkinkan sivitas akademika
dapat memperoleh informasi yang bersumber dari Web, yang diperlukan untuk
mendukung kegiatan proses belajar-mengajar dan penelitian. Kegiatan ini pada
dasarnya sama dengan penyediaan bahan pustaka cetak yang merupakan kegiatan
rutin suatu perpustakaan tradisional.
Pengguna
dapat melakukan sendiri penelusuran, atau dengan memesan bahan yang mereka
perlukan kepada pustakawan. Dalam kaitan ini, pengetahuan dan pengalaman
pustakawan dalam penelusuran menjadi sangat penting karena dapat meningkatkan
efisiensi pustakawan dan pengguna. Pustakawan sesuai dengan peran dasarnya,
dalam menyediakan akses Internet dapat bertindak sebagai pembimbing terutama
bagi pengguna baru, konsultan seperti layaknya fungsi pustakawan referens,
pengawas untuk penggunaan yang tidak produktif, penelusur berdasarkan pesanan
pengguna, diseminator untuk penyebarluasan informasi tentang bahan Web, dan
organisator untuk mengorganisasikan bahan-bahan Web.
Kedua,
publikasi elektronik yaitu kegiatan untuk mempublikasikan berbagai informasi
tentang dan oleh perpustakaan. Dalam hal ini, perpustakaan memiliki dan
memelihara sendiri suatu situs Web. Penerbitan Web bertujuan untuk
mempublikasikan berbagai informasi tentang perpustakaan dan kegiatannya.
Kegiatan ini pada dasarnya sama dengan publikasi berbagai selebaran, brosur,
pamflet panduan perpustakaan, daftar perolehan baru, katalog dalam berbagai
jenis, dan sebagainya yang biasanya dilakukan oleh sebuah perpustakaan, serta
kegiatan publikasi lainnya. Dalam kaitan ini, perpustakaan bertindak sebagai
penerbit.
Situs
perpustakaan memberi peluang baru bagi pustakawan untuk melakukan sesuatu yang
sebelumnya tergolong sulit untuk dilakukan. Peluang tersebut diantaranya adalah
menerbitkan karya khas perpustakaan FIB UNILAK yang tidak diterbitkan tetapi
didokumentasikan di perpustakaan sebagai deposit perpustakaan. Karya tersebut
antara lain adalah bahan-bahan oleh dan tentang perpustakaan FIB UNILAK,
termasuk diantaranya laporan penelitian, karya tulis, makalah seminar,
simposium, bahan-bahan kuliah, dan publikasi perpustakaan lainnya. Kegiatan
lainnya yang dimungkinkan adalah pelayanan perpanjangan pinjaman sebagai
alternatif perpanjangan melalui telepon, konsultasi antara pengguna dengan
pustakawan referens, penyediaan hubungan ke sumberdaya Web lain, penerbitan
buletin, dan sebagainya.
Perubahan Peran Pustakawan
2
Pengaruh
perkembangan Internet terhadap profesi perpustakaan di masa depan merupakan
suatu ketidakpastian. Beberapa penulis mulai berspekulasi bagaimana peran
perpustakaan dan pustakawan selanjutnya akan berkembang dengan sejumlah
skenario. Creth [3] menyebutkan bahwa nilai-nilai sebagai dasar profesi
perpustakaan akan tetap sama Nilai-nilai pelayanan, kualitas, akses universal,
dan kerjasama tidak terancam kecuali pustakawan mengabaikannya. Tetapi
bagaimana cara nilai -nilai tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk operasi dan
kegiatan akan mengalami perubahan besar.
Selanjutnya
disebutkan bahwa lingkungan dimana pustakawan bekerja akan berubah, dengan
ciri-ciri seperti berikut:
• akses yang lebih besar terhadap
jajaran informasi;
• kecepatan yang meningkat dalam
pemerolehan informasi;
•
kompeleksitas
yang lebih besar dalam penelusuran, analisis dan mata rantai informasi;
perubahan teknologi yang cepat;
• lemahnya standarisasi perangkat
keras dan lunak;
• belajar terus bagi pengguna dan
staf;
• dan investasi finansial yang
lebih besar untuk teknologi.
Berkaitan
dengan pengembangan perpustakaan digital virtual, England dan Shaffer
[4] menyebutkan bahwa pustakawan mempunyai peluang untuk meluncur dari
stereotip masa lalu dan menetapkan mereka dalam lingkungan informasi dan
pelayanan masa depan. Peran pustakawan akan beralih dari penekanan pada
pengadaan, preservasi dan penyimpanan ke penekanan pada pengajaran, konsultasi,
penelitian, preservasi akses demokratis terhadap informasi, dan kolaborasi dengan
profesional komputer dan informasi dalam perancangan dan pemeliharaan sistem
akses informasi.
Lebih jauh Rader [5]
menyatakan bahwa pustakawan sudah seharusnya muncul sebagai pemimpin dalam
lingkungan informasi digital dimana format baru informasi dan pengetahuan mulai
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar dan penelitian. Bahkan pustakawan
sudah seharusnya aktif dan terlibat dalam upaya mengubah strategi pembelajaran.
Keterlibatan tersebut memberikan peluang kepada pustakawan untuk memfasilitasi
keterpaduan informasi digital kedalam kurikulum, menawarkan keahliannya dalam
mengajarkan keahlian informasi kepada mahasiswa, membantu dosen menjadi cakap
dalam hal format informasi digital, dan menyediakan fasilitas fisik belajar
kepada mahasiswa. Fasilitas fisik tersebut termasuk: laboratorium komputer,
ruang belajar kelompok, studio belajar kolaboratif, dan studio telekonferens
interaktif.
Masih
berkaitan dengan peran pustakawan, Rader [5] memperkirakan di masa
depan, kualitas pustakawan PT akan diukur dengan basis bagaimana mereka
menghubungkan pelanggan dengan informasi dan pengetahuan yang mereka butuhkan,
tanpa memperdulikan dimana muatan (contents) dapat ditemukan. Pustakawan
akan diukur dalam hal bagaimana mereka memenuhi kebutuhan informasi dan
kebutuhan belajar mahasiswa. Pustakwan akan dilihat sebagai mitra pengajar
dengan dosen untuk membantu mahasiswa berkembang ke arah konsumen informasi
yang efektif.
Perubahan Lingkungan Kerja
Dari
perspektif pelayanan pengguna, perpustakaan FIB UNILAK harus memperkenalkan
suatu pelayanan baru yang berkaitan dengan akses sumberdaya informasi dan
publikasi melalui Web. Perpustakaan USU misalnya memperkenalkan layanan digital
untuk maksud tersebut. Layanan
3
digital
berfungsi menyediakan fasilitas dan bimbingan penggunaan Internet,
mengidentifikasi berbagai sumberdaya yang tersedia melalui Internet dan
menyebarluaskannya kepada kelompok pengguna, melakukan penelusuran atas pesanan
pengguna, dan mendigitalisasi bahan-bahan khas perpustakaan FIB UNILAK untuk
dipublikasikan melalui situs perpustakaan dan memeliharanya.
Penyediaan
fasilitas dan bimbingan Internet tidak sama dengan penyediaan warung Internet
untuk umum. Penyediaan terminal dan bimbingan di perpustakaan ditujukan untuk
pemerolehan bahan digital yang dibutuhkan oleh sivitas akademika untuk
mendukung tugas-tugas mereka. Oleh karena itu tata ruang, prosedur, dan
pengawasannya harus dirancang sedemikian rupa agar penggunaan Internet sesuai
dengan misi perpustakaan. Penggunaan fasilitas ini dapat dipungut biaya hingga
50% dari tarif umum. Pembebanan biaya tersebut perlu dilakukan untuk
menghindari penggunaan yang tidak produktif dan untuk mengontrol efisiensi
waktu pengguna.
Pengidentifikasian
dan penyebarluasan sumberdaya informasi Web dapat dilakukan oleh pustakawan yang
ditugaskan khusus untuk itu. Penyebarluasannya dapat dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya dengan membuat hubungan dari situs perpustakaan dan
menerbitkan buletin baik melalui Web maupun dalam bentuk cetak. Pengguna
kemudian dapat melakukan penelusuran sendiri atau memesan artikel yang mereka
butuhkan melalui pustakawan. Untuk pemesanan dapat dikenakan biaya cetak untuk
menghindari kemungkinan terjadinya pemborosan pencetakan teks atau gambar yang
mungkin tidak diperlukan.
Pendigitalisasian
bahan-bahan khas perpustakaan FIB UNILAK yang tidak diterbitkan dalam bentuk
cetak dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi perpustakaan dalam hal
penyimpanan dan pemeliharaan fisik dokumen, memudahkan penggunaannya, dan
sebagai upaya perpustakaan untuk ikut meningkatkan kualitas karya sivitas
akademika dengan mempublikasikannya secara luas, serta berbagi sumberdaya
informasi dengan institusi lain. Untuk efisiensi perpustakaan, pengaturan perlu
dilakukan agar karya tersebut diserahkan ke perpustakaan dalam bentuk berkas
komputer. Bahan lama secara bertahap dapat dialihkan ke dalam bentuk digital
yang siap untuk dimuat di dalam server Web.
Dari
perspektif tugas pustakawan, penyediaan terminal Internet dan publikasi Web
akan mendorong peningkatan profesionalisme, efisiensi dan moral kerja
pustakawan. Beberapa bidang pekerjaan pustakawan saat ini memerlukan fasilitas
terminal Internet untuk mengakses informasi yang mereka perlukan. Sebagai
contoh, pustakawan referens memerlukannya untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaan referens; pustakawan pengadaan memerlukannya untuk mencaritahu data
terbitan yang tersedia di pasar dan untuk pemesanannya; pustakawan pengatalogan
memerlukannya untuk mencari dan bila mungkin mendownload data bibiliografis
untuk cantuman katalog; dan pustakawan sistem memerlukannya untuk mengikuti
perkembangan dan mendapatkan perangkat lunak yang diperlukan oleh perpustakaan.
Disamping itu, hampir seluruh
bidang pekerjaan pustakawan memerlukan media Web untuk mempublikasikan berbagai
produk yang mereka hasilkan. Sebagai contoh, pustakawan pengadaan memerlukannya
untuk mempublikasikan daftar peroleh baru bulanan; pustakawan pengatalogan
dapat membuat cantuman katalog sekaligus berbasis Web untuk dimuat pada server
Web perpustakaan; pustakawan pelayanan pengguna memerlukannya untuk
mempublikasikan berbagai jenis pelayanan yang tersedia dan kebijakan
perpustakaan yang berkaitan dengan pelayanan; dan manajemen perpustakaan
memerlukannya untuk mempublikasikan perkembangan, rencana dan program, dan
dokumen-dokumen lainnya yang dipandang perlu untuk diketahui oleh publik
4
Pengaruh Terhadap Anggaran
Penyediaan layanan digital
seperti layaknya pengenalan suatu pelayanan baru memerlukan pendanaan baik
untuk investasi awal maupun operasionalnya. Berapa besar biaya yang diperlukan
adalah tergantung pada berbagai faktor diantaranya infrastruktur dan prasarana
yang tersedia, jumlah terminal layanan akses yang akan disediakan, jenis server
yang akan digunakan, dan tenaga pengembang yang tersedia di lingkungan
perpustakaan FIB UNILAK. Dalam pemanfaatan teknologi informasi seperti
pengautomasian perpustakaan di Indonesia, investasi yang digunakan untuk
perangkat keras jauh lebih besar dibandingkan untuk perangkat lunak. Hal ini
berbeda dengan di negara lebih maju, biasanya investasi yang digunakan untuk
keduanya berimbang, bahkan pada kondisi tertentu lebih besar untuk perangkat
lunak.
Sumber
pendanaan untuk layanan digital berasal dari anggaran perpustakaan atau
anggaran Fakultas Ilmu Budaya atau Jurusan Ilmu Perpustakaan yang dialokasikan untuk perpustakaan.
Perpustakaan harus mengalokasikan biaya pengadaan peralatan komputer dan
peralatan pendukung lainnya dalam anggaran pendapatan dan belanja tahunannya..
Hal ini memang akan menjadi sulit, jika suatu perpustakaan fakultas tidak
mengelola sendiri anggaran belanjanya seperti kebanyakan perpustakaan di
Indonesia.
Pengadaan peralatan komputer dan
pemeliharaannya merupakan kegiatan rutin tahunan. Tidak diperlukan investasi
khusus untuk pengadaan peralatan tersebut, tetapi diperlukan restrukturisasi
anggaran. Sebagai contoh, kalau sebuah perpustakaan menggunakan 50 unit
komputer, maka setiap tahun perpustakaan harus membeli sedikitnya sepuluh unit
komputer baru untuk menghindari investasi yang besar pada suatu waktu tertentu.
Ini penting agar kualitas pelayanan tidak menurun, karena teknologi komputer
hanya efektif digunakan untuk jangka waktu maksimal lima tahun. Pengembangan
pelayanan berbasis teknologi informasi dapat dimulai dengan peralatan yang
sederhana, tidak diperlukan investasi awal yang besar. Keberhasilannya kemudian
sangat tergantung pada visi dan kreatifitas pustakawan FIB UNILAK.
Pelatihan
Perpustakaan
digital membutuhkan pustakawan digital. Koleksi digital harus dipilih,
diadakan, diorganisasikan, dibuat siap akses, dan dipelihara. Pelayanan digital
harus direncanakan, diimplementasikan, dan didukung. Walaupun komputer
merupakan peralatan utama yang penting dimana perpustakaan digital dibangun,
tetapi sumberdaya manusia dibutuhkan untuk menyatukan semuanya dan menjadikannya
berjalan. Pustakawan digital harus memiliki kualitas personal tertentu daripada
memiliki keahlian teknis yang dapat dipelajari. Hastings [6] menyebutkan
beberapa kriteria sebagai pustakawan digital yaitu: harus mampu berkembang
dalam perubahan, membaca terus- menerus tetapi selektif, dan bereksprimen tanpa
akhir. Mereka harus mencintai belajar, mampu mengajar diri sendiri, dan berani
mengambil resiko, serta memiliki keuletan terhadap potensi dan kesukaran
teknologi.
Untuk menyiapkan pustakawan digital, perpustakaan
harus menyeleksi tenaga potensial untuk mengikuti pelatihan singkat tentang
pengelolaan Web. Materi yang dipelajari, seperti yang dilakukan oleh IDL (Institute
on Digital Library Development) University of California Berkeley
5
mencakup:
pengenalan pengembangan perpustakaan digital, pengenalan teks terstruktur,
fitur HTML (tables, forms, image mapping, style and design), kriteria
preservasi dan akses seleksi untuk didigitalisasi, penanganan citra, photoshop,
membuat citra untuk Web, OCR, akses perpustakaan digital, pengideksan, dan
pangkalan data. Pelatihan tersebut disertai dengan kegiatan laboratorium dan
berlangsung selama lima hari penuh.
Strategi Pengembangan
Berdasarkan
uraian di atas, dapat diidentifikasi empat isu strategis berkaitan dengan
pengembangan strategi pendayagunaan Internet oleh perpustakaan di lingkungan
perpustakaan FIB UNILAK seperti berikut ini.
•
Pertama,
penyediaan
sarana layanan akses Internet merupakan suatu keharusan untuk mendorong
peningkatan pemanfaatan Internet yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan
kualitas dan produktivitas sivitas akademika.
• Kedua, publikasi elektronik dengan
pengembangan perpustakaan digital mampu mendorong peningkatan kualitas
karya yang dihasilkan oleh sivitas akademika, peningkatan pemanfaatan produk
tersebut oleh masyarakat luas, dan peningkatan fungsi berbagi sumberdaya dengan
institusi lain.
• Ketiga, penyediaan infrastruktur Internet
di dalam kampus mampu meningkatkan efisiensi penyediaan layanan akses
dan publikasi elektronik disamping fungsi komunikasi dan sistem informasi
manajemen.
• Keempat, kolaborasi antara pusat komputer
dan perpustakaan sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagai penyedia
infrastruktur dan muatan, mampu mengembangkan suatu pelayanan informasi
berbasis Web yang sesuai dengan harapan sivitas akademika.
Berdasarkan
isu strategis seperti dikemukakan di atas dapat dirumuskan strategi
pengembangan pendayagunaan Internet oleh perpustakaan. Setiap perpustakaan
perguruan tinggi memiliki strategi pengembangan yang berbeda satu sama lain,
tergantung pada kondisi awal masing-masing perpustakaan. Belajar dari
pengalaman perpustakaan lain dapat membantu dalam perumusan strategi yang
sesuai dengan kondisi masing-masing.
Beberapa
faktor yang berpengaruh dalam perumusan strategi tersebut antara lain adalah:
• berapa besar perpustakaan digital
yang akan dibangun;
• muatan apa saja yang menjadi
kebutuhan akses di dalam kampus;
• komponen apa saja yang akan
dibutuhkan;
• siapa saja praktisi yang
mempunyai keahlian, pengguna, pengembang, tenaga teknis yang akan disertakan
dalam pengembangan;
•
dan
fungsi-fungsi apa saja yang dapat didukung secara lokal atau apa saja yang
harus dipasok oleh pemasok.
Berikut
ini adalah beberapa strategi pengembangan yang dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan oleh perpustakaan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing
perpustakaan fakultas.
• Pertama,
perpustakaan
harus menyediakan fasilitas layanan akses Internet dan mensosialisasikan
penggunaannya kepada sivitas akademika. Kegitan ini dapat dimulai
6
dengan
peralatan dan infrastruktur yang telah tersedia. Tetapi yang terpenting adalah
pensosialisasian fungsinya sebagai sarana untuk pemerolehan bahan digital yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pustakawan harus aktif dan dengan
sungguh-sungguh membantu menemukan bahan-bahan yang dibutuhkan atau
diperkirakan dibutuhkan baik atas inisitif sendiri maupun atas permintaan
pengguna. Dalam hal ini, peran pustakawan sebagai mitra sivitas akademika yang
handal dalam penelusuran literatur harus dibuktikan. Tingkat pemanfaatan
pelayanan ini akan menjadi alasan yang penting dalam upaya untuk pengembangan
selanjutnya. Upaya untuk mempengaruhi kebijakan pimpinan dalam hal pentingnya
pengembangan pelayanan ini didasarkan pada angka penggunaannya. Kepuasan
pengguna akan menjadi iklan gratis untuk mendorong peningkatan dukungan untuk
pengembangan pelayanan.
• Kedua, perpustakaan harus mulai
mengupayakan pembuatan home page atau situs perpustakaan dan memuat
berbagai informasi tentang perpustakaan. Situs yang sederhana dapat
dikembangkan sendiri dan dimuat di server Web perpustakaan FIB UNILAK atau
komersial sebelum perpustakaan memiliki server sendiri. Kegiatan ini, walaupun
sebagai eksperimen, akan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pustakawan
dalam pengembangan dan pemeliharaan situs Web. Disamping itu, pengalaman yang
diperoleh akan mendorong kesungguhan pustakawan untuk mengembangkan pelayanan
berbasis Web.
• Ketiga, pustakawan harus berbicara dalam
forum perguruan tinggi, melakukan pendekatan dengan berbagai pihak, dan
membuat proposal pengembangan, serta berupaya melibatkan diri dalam
pengembangan dan pemanfaatan infrastruktur Internet di dalam kampus. Rencana
pengembangan hendaknya memuat berbagai alternatif yang mungkin dilakukan dari
yang sederhana dan murah hingga yang lebih canggih dan mahal. Pustakawan harus
mengidentifikasi kebutuhan perpustakaan dan memberikan saran-saran dalam
pengembangan infrastruktur Internet kampus. Dalam pemanfaatannya, pustakawan
harus mempertimbangkan penyebaran titik pelayanan perpustakaan, misalnya
pembukaan dan peningkatan peran cabang-cabang yang dekat dengan pengguna dan
tersedianya pustakawan yang dapat berperan layaknya spesialis subjek bahan
digital. Pertimbangan lainnya adalah penyediaan sejumlah outlet di dalam
perpustakaan dimana sivitas akademika dapat mecolokkan sambungan komputer
laptopnya untuk menggunakan Internet.
• Keempat, perpustakaan mulai mengembangkan
perpustakaan digital apabila infrastruktur dan peralatan yang diperlukan
sudah tersedia. Dalam fase persiapan, pustakawan harus mampu mengidentifikasi
sumberdaya yang tersedia di dalam kampus terutama sumberdaya manusia yang dapat
dijadikan mitra dalam pengembangan. Kolaborasi sebagai hubungan formal dalam
proses pengembangan mulai dari formulasi ide, perancangan, pengujian produk
hingga implementasi adalah sangat penting. Kolaborasi dengan pusat komputer
atau unit lain atau pihak swasta dapat dilakukan jika memungkinkan. Keterlibatan
pengguna baik dosen maupun mahasiswa dalam perancangan akan memberikan hasil
yang sesuai dengan kebutuhan mereka
Kesimpulan
Strategi penggunaan Internet di suatu
perpustakaan FIB UNILAK sangat tergantung pada visi pustakawan FIB UNILAK
tentang Internet dalam kaitannya dengan peran pustakawan. Selain itu,
diperlukan innovasi dan kreatifitas pustakawan untuk mengimplementasikan
penggunaan Internet dalam lingkungan
7
yang
berbeda. Keberhasilan penggunaan Internet di perpustakaan pada dasarnya tidak
terlepas dari keberhasilan pengembangan perpustakaan secara keseluruhan. Oleh
karena itu, pustakawan FIB UNILAK harus memiliki visi yang jelas sebagai arah
yang dituju dalam pengembangan perpustakaan, dan berusaha untuk mencapainya.
Prosentase anggaran perpustakaan dari anggaran FIB UNILAK merupakan kata kunci
yang menentukan keberhasilan misi perpustakaan.
Referensi
[1] Chapman, Stephen and Anne R.
Kenney. "Digital conversion of research library materials: A case for full
information capture". D-Lib Magazine. October 1996.
[2] Palmer, Robert B. The Internet:
Technology and trends. Speech delivered to the Spring Internet World ’97, Los
Angeles, California, 12 March 1997.
[3] Creth, S. The electronic library:
Slouching toward the future or creating a new information environment. Follett
Lecture Series. http://www.ukoln.ac.uk/follett/creth/paper.html. 24 July 1999.
[4] England, Mark and Melissa
Shaffer. Librarians in the digital library. 29 Juni 1998.
[5]
Rader, Hannelore B. Faculty – librarian
collaboration in building the curriculum for the millenium – the US experience.
http://www.ifla.org/IV/ifla64/040-112e.html. 24 July 1999.
[6] Hastings, Kirk and Roy Tennant.
"How to build a digital librarian". D-Lib Magazine. November 1
Langganan:
Postingan (Atom)